Sejarah Seni Rupa Yang Memasuki Negara Indonesia

Sejarah seni rupa Indonesia merupakan kisah yang membanggakan sekaligus menghantui. Tentu saja, salah satu budaya tinggi tua ini berulang kali diganggu oleh budaya asing.

Namun, masyarakat nusantara juga bergantung pada penerimaan dan akulturasi budaya luar agar sejarah kita cepat berkembang, mengalami keseimbangan budaya yang akhirnya meledak setelah kedatangan Islam dan kolonialisme Eropa.

 Sejarah adalah pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi dalam jangka waktu tertentu di masa lalu, peristiwa sejarah tersebut dapat diamati sebagai artefak melalui kesaksian tertulis, dokumentasi dialog dan saksi bisu.

Selain itu, peristiwa sejarah dapat menangkap berbagai konteks lain yang lebih luas, seperti budaya suatu masyarakat dalam disiplin ilmu turunannya.

 Namun, sejarah juga menggunakan disiplin ilmu perbandingan dalam perkembangannya untuk menjamin kebenaran sumber-sumber yang diperoleh.

Sebab, sebagaimana kebiasaan peradaban manusia pada umumnya, pendokumentasian sumber-sumber sejarah biasanya ditulis oleh mereka yang berprestasi pada masanya. Sumber-sumber sejarah tidak objektif dan tidak memihak.

Pembandingan antar sumber merupakan penyebab keprihatinan yang sangat penting untuk memastikan kebenaran yang sebenarnya.

 Peristiwa yang terjadi di masa lalu adalah kenyataan yang tidak dapat diubah, peristiwa yang terjadi adalah bagian dari kenyataan yang kita hadapi sekarang.

Sementara itu, peristiwa yang akan terjadi di masa depan adalah kenyataan yang dapat direncanakan mulai sekarang.

 Masa lalu, masa kini, dan masa depan merupakan rangkaian hubungan yang erat hubungannya, keterkaitan rangkaian inilah yang menuntun orang untuk mempelajari sejarah yang dapat kita gunakan sebagai acuan untuk membuat rencana untuk masa depan.

Di masa lalu, Eropa dianggap sebagai pelopor seni rupa di sana karena ditemukannya berbagai benda seni kuno.

Namun, klaim ini kemudian terbantahkan karena beberapa temuan karya seni dan karya lama di benua Afrika dan Asia Tenggara. Salah satu karya tertua yang ditemukan adalah lukisan di sebuah gua di Sulawesi yang ditemukan di Indonesia.

 Sejauh ini diperkirakan lukisan gua adalah lukisan tertua di dunia.Penjelasan ini sejalan dengan apa yang akan kita bahas pertama kali di sini, yaitu seni prasejarah.

 Pembagian seni prasejarah di Indonesia dibagi menjadi dua periode, yaitu Zaman Batu dan Zaman Perunggu. Klasifikasi ini didasarkan pada keterampilan teknis dan teknologi masyarakat prasejarah, terutama dalam menciptakan alat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka.

 Hal ini ditunjukkan oleh bukti artefak yang mereka tinggalkan. Zaman Batu atau disebut juga dengan Zaman Megalitikum, terdiri dari:

  • Zaman batu tua (Paleolitik)
  • Zaman batu tengah (Mesolitik)
  • Zaman batu muda (Neolitik)

Manusia hidup sangat lama di zaman prasejarah. Saat itu, kehidupan manusia tidak bergantung pada perangkat (devices) seperti sekarang ini.

Tetapi orang-orang sudah mulai mengembangkan alat yang dapat membantu mereka menjalani kehidupan mereka di dunia.

 Namun alat yang dibuat masih sederhana dan menyerupai bentuk bahan bakunya, misalnya alat untuk mencari umbi-umbian untuk makanan atau alat untuk berburu, alat-alat tersebut terbuat dari batu pecah, tulang binatang yang tajam, dll.

 Kehidupan manusia adalah pada saat itu juga belum sepenuhnya dipahami, mereka masih berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain tergantung situasi dan kondisi setempat atau biasa disebut dengan perantau.

Ketika tempat tinggal mereka tidak lagi subur atau mangsanya habis, mereka pindah dan mencari rumah baru.

 Shelter yang digunakan pada waktu itu terbatas pada gua-gua atau dataran terbuka yang bebas dari ancaman binatang buas. Di zaman nomaden ini, sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bagi anak-anak dan perempuan.

Kerangka manusia sering dipisahkan dari temuan lain, sehingga banyak korban dalam perjalanan jauh. Sayangnya, orang-orang prasejarah tidak dapat menjadikan rumah sebagai tempat tinggal yang aman dan permanen, sehingga mereka umumnya tinggal di gua untuk menyelesaikan masalah ini.

 Ketika menetap di gua ini, aktivitas manusia dalam merealisasikan berbagai pekerjaan juga meningkat, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan alat pertanian sederhana, ritual, dll.

Pada akhirnya, manusia mulai menemukan dan bekerja dengan logam. NS.Bahkan, seiring waktu, logam mulai mengubah posisi batu, yang pada akhirnya hanya berfungsi sebagai peninggalan dan kehilangan nilai praktisnya.